Senin, 29 September 2014

Cerpen- Harapan Nan Semu

Kabut mulai menelusup menghiasi kaca jendela yang semalam dialiri air hujan yang begitu deras.. Sang mega mulai menyorot tepat pada kedua mataku, kicauan burung yang mengganggu nyenyaknya tidurku sehingga membuatku terbangun dari tempat tidurku. Kulihat dinding yang disisipkan jam menunjukkan pukul 6.00
Seperti biasanya, ku bergegas bersiap untuk sekolah .. ow ya, Kenalkan namaku Sasya yang akrab di panggil caca.. Hari kulewati seperti biasanya, pagi sekolah, sore pulang, malam tidur.. Hanya begitu begitu saja, tak ada menangis, tak ada tertawa, semuanya berjalan flat dan sesuai dengan suasana hatiku yang selalu flat, and that’s nothing special. Entah mungkin karena kepekaan ku tak setajam silet. Entahlah..
Suara bel sekolah yang sudah tak asing lagi ku dengar, bel masuk. Aku berharap hari ini tak membosankan, ow namun masih berjalan seperti biasa, kulihat buku pelajaran yang memiliki kata kata tingkat tinggi bagaikan berbicara pada profesor dan aku bukan profesor, semua membuatku tak mengerti dan yah BOSAN, kulihat teman teman yang sibuk dengan urusannya masing masing juga membuatku bete, kulirik teman sebangku ku yang sejak tadi mencurahkan isi hatinya alias curhat membuatku juga merasa bosan, guru yang menerangkan dengan metode belajar yang membosankan membuatku bete, dan semuanya membuatku merasa bosan. Kuharap bel pulang cepat dibunyikan.
“teeennggg” akhirnya dengan sedikit kesabaran sampai waktu 14.00 bel pulang pun berbunyi. Ah namun tak sesuai harapan, tugas kelompok belum diselesaikan, dengan penuh rasa terpaksa ku undur waktu pulang hingga 2 jam.
Suasana rumah yang nyaman, kulihat di sekeliling rumahku masih begitu begitu saja, kulihat keluargaku dan masih begitu saja, ku bergegas menuju kamarku yang dari pagi tak sempat ku rapikan, kamarku seperti habis kemasukan badai. “Caca, kamarmu rapikan!” suara ibu yang sudah tak asing lagi bagiku “ya Bu!” ku jawab dengan singkat padat dan jelas. Ketika tempat tidurku sudah rapi, ku siap bergegas untuk tidur.
Ketika ku berjalan menuju sekolah, tepatnya waktu itu hari Kamis, Tiba tiba lewatlah gerombolan pria anak sekolah yang sedang mengobrol asyik dengan teman temannya. Kulihat, salah satu dari mereka, yah, sosok pria yang berbeda yang belum pernah kutemui.
“hey Ca, melamun mulu!” Linda menyadarkanku dari lamunanku tentang pria yang tadi ku temui, “gak papa ko Lin” ku jawab sapaan Linda dengan singkat padat dan jelas. Kemudian Linda mengobrol dengan anak anak, di samping itu, ku merasa teman temanku begitu ceria, namun mengapa ku tak bisa seperti mereka? Ku anggap hidup ini nothing special, terkadang ku bingung apa yang spesial yang pernah ku lewati? Aku rasa tak ada. Teman temanku semua tertawa, namun ku hanya berdiam sendiri di bangkuku yang sudah tak asing lagi bagiku dan diam. Ku sangat malas untuk berbicara. Dan ku tak tertarik untuk bercanda. Bahkan teman sebangku ku sendiri terkadang mengabaikanku. Ku rasa aku tak mempunyai teman di dunia ini.
Satu minggu berlalu, dan semuanya berjalan begitu begitu saja. Namun, “hey!” ku dengar suara seseorang, ketika ku tengok oh my god! dia! Pria yang berbeda itu dengan teman temannya menyapaku. Aku tak tau jantungku serasa mau copot. “Sandalmu beda sebelah! Hahahaahahaa” ini membuatku malu tak karuan, memang aku tak sempat melihat lihat sandal ketika itu, aku langsung saja bergegas pergi untuk menghirup udara segar tanpa melihat sandal apa yang kupakai. namun di jalan pria itu memalukanku dan menertawakanku, ketika itu emosiku tak stabil.. tapi… “Aku membawa sandal 2, kau boleh memakai sandalku” Dia mengulurkan sandalnya yang masih baru kepadaku. Tadi dia yang mempermalukanku namun dia pula yang membantuku, orang yang aneh. Tapi Daripada ku malu, lebih baik ku terima saja sandalya. “terimakasih” ku hanya bisa mengucapkan itu. “Tapi jangan lupa kembalikan lagi, haha” ini menyebalkan.
Esok hari kucari pria itu yang ku tak tau siapa namanya ternyata tak muncul muncul juga.. ku tunggu di jalan perempatan pas kemarin bertemu namun tetap tak muncul, aku sudah hampir terlambat ke sekolah, ku kira besok saja aku kembalikan. Namun, besoknya pun tetap sama, pria itu yang selalu lewat dengan teman temannya kini tak ku lihat kembali entah kemana dia. Sebulan berlalu, mungkin aku sudah lupa akan peristiwa itu namun tiba tiba… “hey!” ada yang menyapaku di belakang, ku tengok. Nah, dia! “Kemana sandalku?” ujar dia dengan rileksnya. “waktu itu mau ku kembalikan tapi kamu gak ada” , “oh yah? Haha maaf waktu itu aku tak lewat sini, sekarang, mana sandalnya?” “ah sorry aku lupa bawa” “kalau begitu dimana rumahmu, biar aku yang menjemput sendalku” “di planet mars” “oh tidak! berarti aku berbicara dengan alien?” “hahaha” entah angin darimana aku tertawa, baru kali ini aku merasakan bisa tertawa. Lalu aku mengambil keputusan, “besok saja aku bawa sandalmu lagi, kamu tunggu disini besok” “its ok” jawab dia dengan santainya.
Esok hari ku tak lupa untuk membawa sandal pria yang tak tau namanya itu. Yah dia sudah berada lebih dulu di perempatan daripada aku, baguslah jadi aku tidak menunggu berlama lama lagi, “terimakasih ya” “sama sama alien haha” “hey aku punya nama!” “aku juga” “aku gak nanya!” “aku juga gak nanya haha” “kamu nyebelin banget jadi orang!” “Terimakasih” Satu hal yang ku tau, dia tak marah dan selalu santai. “ow ya, aku duluan ya alien”, “NAMAKU BUKAN ALIEN!!!” “Kamu sendiri yang ngomong bahwa kamu tinggal di Maaarrrsss” Teriaknya sambil berlari.
Hari demi hari aku selalu bertemu dengan nya ketika waktu untuk berangkat sekolah, seiring berjalannya waktu ku tau namanya adalah Andri, dia bersekolah di sekolah sebelah sekolahku, sekolahannya memang agak jauh dengan sekolahanku namun aku tau letak sekolahnya. Dia duduk di kelas 3 SMA sama sepertiku, Andri duduk di kelas 12 ipa 2. Sejak itu kami sering mengobrol ngobrol, dia sanggup membuatku tertawa dengan sendirinya, membuatku menjadi semangat, dia mampu membangkitkan rasa semangat di diriku, yah dia telah membuat hidupku yang flat menjadi lebih berwarna dan berarti. Dan dia sering bercerita seputar kehidupannya dia berkata bahwa dirinya menyayangi teman temannya dan keluarganya lebih dari apapun, walaupun terkadang keluarga dan teman temannya menyebalkan tapi dia tetap sayang kepada mereka karena kehidupan akan indah jika dihiasi dengan kasih sayang, hidup tak akan bisa berwarna jika kita tak mengambil catnya, catnya yaitu rasa kasih sayang. Disitulah aku sadar, bahwa sebenarnya aku juga mempunyai keluarga dan teman teman, namun aku tidak bersyukur akan semua yang aku punya di sekelilingku, aku kurang perhatian pada orang orang di sekitarku, aku hanya mementingkan diriku sendiri, aku mulai sadar mengapa hidupku flat, karena aku terlalu sibuk akan kehidupanku sendiri tanpa melihat di sekelilingku dan tanpa rasa sosial yang tertanam di diriku.
Waktu terus berputar, aku merasakan sesuatu yang berbeda dan berubah pada kehidupanku, entah mengapa aku selalu rindu akan di samping keluargaku, berkumpul bersama keluargaku dan teman temanku, aku pun juga bisa tertawa dengan keluargaku, aku merasakan sesuatu yang berbeda di kehidupanku semenjak aku mengenal sosok Andri yang memberiku banyak pelajaran. Dan entah mengapa semua orang mengatakan kepadaku bahwa aku sekarang lebih menyenangkan bagi mereka, dan entah mengapa pula sekarang aku bisa merasakan kehadiran mereka, kasih sayang dari mereka dan aku bisa merasakan kasih sayang yang sangat besar untuk mereka.
Aku tak sabar ingin menceritakan semua yang terjadi di hidupku pada Andri, aku merasakan bahwa Andri berarti di hidupku, dia yang membuat hidupku berubah menjadi lebih sempurna. Terasa penat ketika aku harus memndam rasa ini padanya. Pada hari Kamis, aku terlalu bersemangat untuk berangkat sekolah, aku tunggu kedatangan Andri, namun terlalu lama aku menunggu, Andri tak ada jua, sudah waktu bel masuk di sekolahku, aku harus bergegas sampai ke sekolah dan kali ini tanpa Andri. 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari, sudah 4 hari aku menunggu Andri namun tetap tak ku lihat di perempatan, entah apa yang terjadi pada Andri. Ketika itu di rumah aku sangat merasa resah dengan diri ini, ingin rasanya bertemu dengan Andri, mengapa ini? 4 hari serasa 4 tahun ku tak bertemu dengan Andri, rasa apa ini? Aku tak bisa lancang menafsirkan bahwa ini CINTA. Namun inilah yang ku rasakan. Rasanya sesak jika rasa ini terus kupendam, aku ingin bertemu dengan Andri untuk meluapkan rasa di dalam dada ini Tuhaaaan, tapi kemana andri? Satu minggu, 2 minggu, 3 minggu, sudah hampir satu bulan aku tak bertemu dengan Andri, kemana Andri? Aku masih merindukan andri, ingin bertemu dengan Andri dan mengatakan semuanya pada Andri.
Sudah cukup aku menanti, satu bulan lebih aku menunggunya, tapi dia tetap tak ada. Aku coba telusuri ke sekolahnya, aku menanyakan ke staff TU disana, namun saff TU itu berkata tak ada siswa yang bernama Andri kelas 3, yang ada hanya kelas 2, ketika itu aku suruh panggil orang yang bernama Andri kelas 2, namun tidak! Bukan dia! Sebenarnya siapa Andri, dimana dia? Harus kucari kemana? Aku tanya satu persatu siswa yang berada di sekolah Andri mengaku. Namun tak ada satu pun yang tau Andri anak kelas 12, aku kesal, sedih, kecewa semua bercampur aduk dan apa ini? Yah air di pipiku, kulihat ke atas langit ternyata tak hujan, Ah ini air mataku, aku menangis. Aku bisa menangis.. hal yang tak pernah aku rasakan .. Ya Tuhaaan, aku merasakan suatu hal yang berbeda sekarang. Harus ku cari kemana andri?
Aku sudah hampir menyerah, air mataku tak terasa terus mengalir, dan tiba tiba… “de, kenapa nangis?” suara seorang perempuan yang agak renta, dan ketika ku tengok, ternyata dia adalah guru di sekolah Andri, “gak papa kok bu, aku Cuma sedih saja, temanku yang bernama Andri ternyata tak ada disini” “Andri?” “yah, dia mengaku sekolah disini namun tak ada” “Andri mana?” “Andri anak kelas 12 IPA 2, namun ternyata tak ada yang bernama andri di kelas 12 ipa 2” “apa?!” ibu itu serasa shock atas omonganku, apa ada yang salah dengan perkataanku? “nak, apakah ini orangnya?” ibu itu menunjukan foto di dalam dompetnya, dan… “IYA ibu, ini orangnya! Ibu tau? ibu tau dimana? Kok ibu bisa nyimpen fotonya?” entah apa yang aku rasakan aku terlalu berbahagia ternyata memang benar di foto itu adalah Andri yang ku cari. “nak, ini anak ibu” “oh ya?! Senang bisa bertemu ibu, bu ibu tau sekarang Andri dimana?” “nak, Andri sudah meninggal” “APA???!!!” “Andri sudah meninggal 10 tahun yang lalu ketika dia kelas 3 SMA, memang iya ketika itu dia duduk di kls 12 IPA 2, Andri meninggal karena kecelakaan di perempatan jalan” “perempatan?” jangan jangan perempatan jalan dimana aku dan dia sering bertemu. Ya Tuhaaan, terus selama ini aku sering bercanda dan mengobrol dengan siapa? Sulit ku terima fakta yang aneh ini. Aku tak bisa menahan air mataku, dan ibu itu juga tak percaya, kita berdua menangis disana. “bu, tapi aku sering bertemu dengannya satu bulan yang lalu” “nak, percaya ibu, dia sudah meninggal 10 tahun yang lalu” aku melihat dari sorot matanya memancarkan kejujuran dan kesedihan yang terulang kembali. Kita berdua hanya bisa menangis kala itu. Aku tak bisa berbuat apa apa lagi aku tak bisa berbicara apapun. Ini terlalu sakit.
Di rumah pun aku masih teringat akan Andri, satu foto, Andri pernah difoto dengan ku ketika kita bercanda bersama. Aku buka foto di hp ku, namun, apa yang terjadi? Hanya ada fotoku sendiri, tak ada andri di sampingku. Andri, entah aku merasakan apa? Entah ini fakta apa? Ini memang aneh, ini memang gila, aku sendiri pun tak percaya, tapi inilah kenyataannya, “i love you Andriii” aku berbicara sendiri di kamarku tanpa seorang pun tau sampai sampai tak terasa Aku tertidur di kamarku, yah aku bermimpi Andri datang, dia melewatiku, ada 3 kata yang dia ucapakan padaku, samar samar ku dengar dan “i love you” itu yang ku dengar, dan Andri bergegas perlahan menjauh menjauh dan smakin menjauh. Aku terbangun dari tidurku, waktu sudah menunjukan jam 6 pagi, aku harus bergegas untuk sekolah. Namun, apa yang kulihat? SANDAL! mengapa ada sandal di kasurku?
“Maaaah” “iya ca” “mamah semalam menyimpan sandal di kamarku?” “sandal? Tidak tuh, mana sendalnya? Mama lihat” “ini mah” “ bukannya kamu pernah memakai sandal ini skitar 3 bulan yang lalu yah? Katanya ini sandal temanmu?” aku ingat! Sangat ingat! Sandal ini persis seperti sandal Andri! Andri, aku yakin kau mendengar, Andri, akan ku kenang cerita ini, takkan pernah kulupakan pelajaran berharga ini. selamat jalan Andri, aku harap semoga kita bisa bertemu kelak di Surga nanti.
“teeeggg” bel masuk berbunyi.
Cerpen Karangan: Dina Annisa
Blog: dinaannsa1234.blogspot.com
Facebook: Dina Annisa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar