Pagi itu cuaca cukup dingin di daerah kota Bandug timur, matahari
masih terlihat samar-samar, burung-burung masih banyak yang berkicau,
terlihat di depan rumah Fadil orang-orang sudah banyak yang bergegas
untuk pergi ke pasar, ke kantor, atau ke sekolah, waktu menunjukan
pukul 06.30, saat itu Fadil yang baru memasuki SMA dan akan mengikuti
kegiatan ospek tahunan di sekolah barunya itu, Fadil sudah bersiap-siap
untuk berangkat ke sekolahnya, salah satu sekolah negeri di kota
Bandung, Fadil dengan menggunakan celana training dan kaos putih oblong
sambil menggendong tas ransel dia pergi ke sekolah yang tidak begitu
jauh dari rumahnya dengan menaiki angkot.
Tiba di sekolah Fadil celengak-celinguk karena semua siswa baru sudah
duduk rapi di lapangan sekolah sambil mengikuti bacaan kitab suci
Al-Qur’an yang dipimpin oleh Bu Latifah seorang guru Agama di sekolah
itu, Fadil pun mengendap-ngendap masuk ke lapangan dan duduk di paling
belakang lalu tersenyum ke sebelah kanan dan kiri sambil sedikit agak
malu karena datang terlambat, dia langsung sibuk mencari Al-Qur’an di
dalam tasnya, tapi dia tak kunjung menemukannya, “Sialan aku lupa bawa
Al-Qur’an!!!” gumam Fadil sambil munutup tasnya, dia pun memandang ke
kiri dan ke kanan dengan panik, terlihat semua orang sedang khusuk
membaca Al-Qur’an, namun tak lama kemudian Ia melihat di sampingnya ada
seseorang yang dia kenal, yaitu teman se-SMPnya namanya Rivan dan SMA
nya ternyata sama di sekolah ini juga, dia pun memanggill Rivan, “Van..
Van..!!” panggil Fadil dengan pelan, Rivan masih menunduk khusuk pada
bacaan Al-Quran yang dipegangnya, Fadil pun memanggil cukup keras kali
ini, “Rivaaaan!!” dan semua orang di sekitarnya lagi-lagi melirik pada
Fadil yang membuatnya lagi-lagi dipermalukan, namun seperti biasa Fadil
hanya melempar senyum mesemnya, Rivan akhirnya nyahut “Eh Mad, Kamu di
sini juga, ngapain kamu teriak-teriak?”, Fadil menghampiri Rivan dengan
mengendap-ngendap, “Aku lupa bawa Al-Qur’an Van, Aku ikut sama kamu ya?”
Fadil memelas, “Nggak ah nggak mau Dil, haha.. nyantai aja lagi Dil,
kayak ke siapa aja.” Rivan emang suka bercanda orangnya, mereka pun
melanjutkan membaca Al-Qur’an yang masih dipimpin oleh Bu Latifah guru
Agama.
Rangkaian acara demi acara Fadil lalui dengan perasaan sedikit bosan,
Rivan yang selalu bareng dengannya juga memperlihatkan wajah yang sama
dengan Fadil, mereka berdua akhirnya berpisah karena ketika dibagi
kelompok, mereka berdua tidak satu kelompok, “Ah, Vaan kita beda
kelompok, aku males nih kalau gak ada yang aku kenal.”, gumam Fadil,
“udah laah nyantai aja Dil, lagian kamu kan orangnya mudah bergaul, jadi
nyantai aja deh.” Rivan coba menasihati Fadil, “Ah, kamu Van sok dewasa
laaah, geleuh!!!” (Geleuh dalam bahasa Indonesia Jijik) “Yaiyalah aku
kan sudah dewasa Dil, ingat kita udah SMA loh Dil. Haha..” “Iya aku juga
tau kita udah SMA, yaudah aku cabut ke kelompok ku, duluan yaa!!” “Oke
Dil, ntar istirahat ke kantin yaa!” “Sip sip..”
Acara ospek ini terus berlanjut, kali ini kelompok Fadil disatukan
dengan kelompok lain untuk acara motivasi yang disampaikan oleh salah
seorang guru di sekolah ini, terlihat raut wajah Fadil yang sudah bosan
dengan rangkaian acara ospek ini, tapi tiba-tiba wajahnya berubah
menjadi sumringah dia melirik pada seorang perempuan yang menggunakan
training warna cokelat, kaos putih oblong dan memakai kerudung warna
putih, Fadil terus memandangnya sesekali perempuan itu melirik balik
pada Fadil, Fadil yang terkejut langsung berpaling dari pandangannya
karena malu, tapi setelah perempuan itu mengalihkan wajahnya Fadil
lagi-lagi memandangnya, Fadil merasakan sesuatu dalam dirinya, Dia
seperti mendapatkan semangat baru dalam hidupnya, acara di kelas pun
selesai Fadil sama sekali tidak tahu apa yang tadi disampaikan oleh
gurunya, yang ada kali ini Dia punya misi di sekolah barunya ini, yaitu
berkenalan dengan perempuan yang tadi ada di kelas, seluruh rangkaian
acara ospek akhirnya selesai semua siswa baru boleh meninggalkan sekolah
untuk pulang ke rumah masing-masing, terlihat dari pandangan Fadil
semua siswa baru pulang dengan wajah yang semraut, beggitu juga dengan
Fadil, tapi setidaknya dia punya semangat baru sehabis melihat sosok
perempuan yang tadi ada di kelas.
Keesokan harinya seperti biasa Fadil bersiap-siap pergi ke sekolah
dengan masih memakai baju seragam SMP berhubung seragam SMA belum di
kasih oleh sekolah, tapi kali ini ada yang beda dengannya, Dia
benar-benar seperti yang baru lahir ke dunia ini, Dia begitu semangat
untuk pergi ke sekolah, semua barang yang harus dibawa saat ospek sudah
dia siapkan semuanya dan bergegas untuk pergi ke sekolah, “Mah, Aku
berangkaaat!!”, “Aneh banget anak ini tiba-tiba jadi semangat buat
sekolah?”, Mamah Fadil heran dengan kelakuannya hari ini, di sekolah dia
senyum-senyum sendiri dengan jalan yang sedikit cepat, terlihat sekali
begitu semangat Fadil hari ini, semua orang yang berpapasan dengannya
Dia sapa “Hei bro.. hei bro.. hei bro..”, Semua orang bingung dengan
kelakuaanya, yaa namanya juga jatuh cinta pasti kelakuannya aneh-aneh.
Di lapang sekolah Fadil tiba-tiba terdiam meliahat perempuan yang
kemarin ada di kelas itu, Dia senyum-senyum sendiri sambil memandang
wajahnya yang cantik, Fadil sesekali ingin menghampirinya untuk sekedar
kenalan, tapi melihat perempuan itu sedang asik bercanda gurau dengan
teman-temannya membuat langkah Fadil ini terhenti, menurutnya masih
banyak waktu untuk berkenalan dengannya, “lain waktu mungkin bisa buat
kenalan dengan..”, tiba-tiba dari belakang ada orang yang menutup mataku
cukup kencang, “hei hei siapa in? siapa ini? Lepaskaaan!!!”, Fadil
meminta orang itu melepaskan tangan orang itu dari matanya, “Haha..
kamana wae maneh?” (artinya kemana saja kamu?) “Woi, Galih? Kamu di sini
juga? Haha..” ternyata dia Galih teman dekat Fadil ketika SD, “Iya Dil
aku di sini juga, gak percaya yaa?” “Iya nih gak percaya setau aku pas
SD kamu penjumlahan pun gak bisa, kok bisa-bisanya kamu keterima di SMA
ini yaa? Hahaha..” “Semua orang tuh bisa berubah Dil.. jadi jangan
pernah menyepelekan orang lain Dil.” “iya deh iya percaya kamu sekarang
udah berubah kamu udah pintar kan sekarang.” “Hahaha, nggak juga sih
Dil, emang pas UN Aku pake kunci jawaban.. Haha” Fadil hanya melirik
sambil menggelengkan kepala, Galih masih belum berhenti ketawa,
“bentar.. bentar tadi aku liatin kamu kok senyum-senyum sendiri aah Aku
curiga nih kamu lagi suka sama cewek yaa?, cerita dong cerita!” “Ah,
ntar juga lu tau sendiri kalau Aku udah jadian, hehe” “pede banget sih
lu, tapi keren sih, jangan lupa aja kalau lu udah jadi, ada kali
manis-manisnya..” “Nyantai aja mau apaan sih lu? Haha” “oke yaa Aku
pegang omongan lu..” “pegang aja kalau bisa, Hehe..” “Ah dasar lu..
Yaudah Aku duluan yaa Dil, fans-fans Aku udah nunggu nih.” “Ah fans
apaan? Palingan orang-orang udah nungguin utang lu dibayar. Haha Oke deh
ntar istirahat ke kantin yaa!!”, mereka berdua pun berpisah ketika
Fadil melihat ke arah perempuan yang dia idam-idamkan ternyata perempuan
itu udah menghilang dari tempat semula, “Ah, gara-gara si Galih nih
jadi aja perempuan itu ngilang..” Gumam Fadil.
Di kelas Fadil nggak henti-hentinya ngelamunin perempuan itu, Dia
nggak memerhatikan apa yang disampaikan oleh guru, tiba-tiba Pak guru
menegur Dia, “Hei kamu yang di pojok dari tadi kamu ngelamun terus,
melamun apa kamu? Melamun aneh-aneh yaa kamu!!”, Fadil belum sadar kalau
Pak guru menegur Dia, teman di pinggirnya pun menyadarkannya, “Dil..
Dil lu dipanggil tuh sama Pak guru.” “Iya Pak, Aku suka sama Dia Pak.”
Fadil spontan bilang seperti itu saking kepikiran sama perempuan itu.
“Apaaa kamu ini Dil? Suka sama siapa kamu ini?” Tanya Pak guru, “Ngg..
ngg.. nggak Pak anu itu tadi a.. a.. Aku suka sama materi yang
disampaikan sama bapak, iya Pak materinya bagus banget..” Fadil ngeles
sambil sedikit bingung, teman-teman sekelas tiba-tiba rame sendiri
“Wuuuhh boong pak, boong, Fadil ngelamunin cewek tuh Pak”, “Sudah..
sudah jangan ribut kita lanjutkan materi kita, Fadil kamu perhatikan
materi bapak yaa!” Pak guru menenangkan semua murid di kelas, “Iya Pak
maaf Pak!!” Jawab Fadil, Wajah Fadil saat itu tiba-tiba merah menahan
malu, Bel istirahat pun berbunyi, Fadil langsung bergegas pergi ke
Kantin untuk ketemu sama Galih.
Dari jauh sudah terlihat seseorang yang melambaikan tangannya pada
Fadil, “Dil.. Sini Dil Aku di sini..” “Oh itu Galih dia udah datang
duluan ternyata.” Fadil pun menghampiri Galih lalu duduk di sebelah
Galih, Fadil langsung memesan makanan, “Bu, Batagor satu yaa Bu!!” gak
jauh dari tempat duduk Fadil dan Galih perempuan yang diidam-idamkan
Fadil, ternyata sedang duduk juga sambil makan semangkuk baso, Fadil
nggak henti-hentinya memandang perempuan itu sampai-sampai Galih yang
ada di sebelanya dikacangin sama Dia, “Dil.. Dil.. Liatin apaan sih lu?”
Fadil masih aja anteng liatin perempuan itu, “Dil.. Dil FADIL!!!” Galih
teriak di depan telinga Fadil, Galih kesel Fadil nggak nyahut-nyahut,
akhirnya Fadil nyahut juga, “Apaan sih lu Lih teriak-teriak malu-maluin
aja.” “Lu juga dipanggil nggak nyahut-nyahut, liatin apaan sih lu?”
Tanya Galih, “itu tuh cewek yang Aku suka.” Fadil nunjukin perempuan
yang Dia idam-idamkan “Mana? Mana?“ Tanya Galih yang asalnya duduk
langsung berdiri, “Lu gak usah malu-maluin juga Lih, duduk aja kenapa
sih!” “Ya Aku kan pingin tau Dil..” “Ya udah biasa aja dong, tuh yang
itu tuh yang lagi makan baso” “Apa? itu kaan si Nur Dil..” “Lu kenal
Lih?” “Iyalah kenal” “Kenapa lu bisa kenal Lih?” “Iyalah Dia itu pacar
temen SMP Aku Dil..” Fadil tiba-tiba diam tatapannya kosong, “Dil..
Dil.. Aku tau ini berat buat kamu Dil, tapi yaa inilah hidup terkadang
apa yang kita inginkan gak bisa kita dapetin semua.” “Walaupun Galih
sedikit konyol, kadang Dia emang bener sih dia dewasa juga” Fadil
ngomong dalam hati, tapi sepertinya dia belum bisa menerima kenyataan
ini, keliatan dari raut wajahnya yang mesem, matanya sedikit berlinang,
“Udah Dil udah lu jangan stuck sama satu cewek dong! Masih banyak cewek
di dunia ini yang mengarapkan cinta Lu” lagi-lagi Galih menasihati Fadil
yang tatapannya masih kosong, “Kamu bisa ngomong gitu, soalnya kamu gak
ada di posisi aku Lih.” Fadil kali ini membantah nasihat Galih, “Aku
Cuma bisa ngomong gitu Dil, terserah kamu mau nurut atau nggak sama aku
Dil.” Fadil terdiam sesat, namu tiba-tiba dia sadar “nggak kok Lih kamu
bener Lih nggak ada gunanya juga kalau Aku masih ngarep sama Dia, kalau
jodoh sih nggak bakalan kemana kan..” “Nah, ini baru temen Aku, masa sih
seorang Fadil galau gara-gara satu cewek..” “Iyalah aku kan keren!!
Hahaha..” “Tuh kan Fadil tangguh, lu emang temen aku Dil..” “Iyalah
Hehe..” Fadil kali ini sudah mulai bercanda lagi, walaupun keliatan dari
gerak-gerik nya masih ada yang ngeganjel di hatinya.
“Lih udah bel masuk nih, Aku duluan ke kelas yaa, tolong bayarin
makanan Aku yaa!! Lu kan temen terbaik Aku. Hehe..” “Dasar penyakit
orang galau emang gini kali yaa!!” gumam Galih di dalam hati. Fadil pun
bergegas pergi ke kelas saat dia berjalan perempuan yang bernama Nur itu
masih duduk di bangku kantin, Fadil pun melemparkan senyum padanya
seperti menjadi isyarat kalau dia harus merelakan Nur bersama orang
lain, Nur pun ternyata membalas senyum Fadil, “emang beruntung cowok
yang jadi pacar kamu Nur” kata Fadil dalam hati.
Dari sejak itu Fadil agak males untuk datang ke sekolah, dia sering
datang telat dan dihukum di gerbang sekolah, saat dia push up karena
sedang dihukum, di sampingnya ada seorang perempuan yang sedang dihukum
juga, tatapan Fadil kali ini tertuju padanya sambil melemparkan senyum
pada perempuan itu, perempuan itu pun membalas senyum Fadil.
Cerpen Karangan: Ahmad Dzikri F
Tidak ada komentar:
Posting Komentar