Senin, 03 November 2014

Cerpen - SENYUM

Pagi itu cuaca cukup dingin di daerah kota Bandug timur, matahari masih terlihat samar-samar, burung-burung masih banyak yang berkicau, terlihat di depan rumah Fadil orang-orang sudah banyak yang bergegas untuk pergi ke pasar, ke kantor, atau ke sekolah, waktu menunjukan pukul 06.30, saat itu Fadil yang baru memasuki SMA dan akan mengikuti kegiatan ospek tahunan di sekolah barunya itu, Fadil sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolahnya, salah satu sekolah negeri di kota Bandung, Fadil dengan menggunakan celana training dan kaos putih oblong sambil menggendong tas ransel dia pergi ke sekolah yang tidak begitu jauh dari rumahnya dengan menaiki angkot.
Tiba di sekolah Fadil celengak-celinguk karena semua siswa baru sudah duduk rapi di lapangan sekolah sambil mengikuti bacaan kitab suci Al-Qur’an yang dipimpin oleh Bu Latifah seorang guru Agama di sekolah itu, Fadil pun mengendap-ngendap masuk ke lapangan dan duduk di paling belakang lalu tersenyum ke sebelah kanan dan kiri sambil sedikit agak malu karena datang terlambat, dia langsung sibuk mencari Al-Qur’an di dalam tasnya, tapi dia tak kunjung menemukannya, “Sialan aku lupa bawa Al-Qur’an!!!” gumam Fadil sambil munutup tasnya, dia pun memandang ke kiri dan ke kanan dengan panik, terlihat semua orang sedang khusuk membaca Al-Qur’an, namun tak lama kemudian Ia melihat di sampingnya ada seseorang yang dia kenal, yaitu teman se-SMPnya namanya Rivan dan SMA nya ternyata sama di sekolah ini juga, dia pun memanggill Rivan, “Van.. Van..!!” panggil Fadil dengan pelan, Rivan masih menunduk khusuk pada bacaan Al-Quran yang dipegangnya, Fadil pun memanggil cukup keras kali ini, “Rivaaaan!!” dan semua orang di sekitarnya lagi-lagi melirik pada Fadil yang membuatnya lagi-lagi dipermalukan, namun seperti biasa Fadil hanya melempar senyum mesemnya, Rivan akhirnya nyahut “Eh Mad, Kamu di sini juga, ngapain kamu teriak-teriak?”, Fadil menghampiri Rivan dengan mengendap-ngendap, “Aku lupa bawa Al-Qur’an Van, Aku ikut sama kamu ya?” Fadil memelas, “Nggak ah nggak mau Dil, haha.. nyantai aja lagi Dil, kayak ke siapa aja.” Rivan emang suka bercanda orangnya, mereka pun melanjutkan membaca Al-Qur’an yang masih dipimpin oleh Bu Latifah guru Agama.
Rangkaian acara demi acara Fadil lalui dengan perasaan sedikit bosan, Rivan yang selalu bareng dengannya juga memperlihatkan wajah yang sama dengan Fadil, mereka berdua akhirnya berpisah karena ketika dibagi kelompok, mereka berdua tidak satu kelompok, “Ah, Vaan kita beda kelompok, aku males nih kalau gak ada yang aku kenal.”, gumam Fadil, “udah laah nyantai aja Dil, lagian kamu kan orangnya mudah bergaul, jadi nyantai aja deh.” Rivan coba menasihati Fadil, “Ah, kamu Van sok dewasa laaah, geleuh!!!” (Geleuh dalam bahasa Indonesia Jijik) “Yaiyalah aku kan sudah dewasa Dil, ingat kita udah SMA loh Dil. Haha..” “Iya aku juga tau kita udah SMA, yaudah aku cabut ke kelompok ku, duluan yaa!!” “Oke Dil, ntar istirahat ke kantin yaa!” “Sip sip..”
Acara ospek ini terus berlanjut, kali ini kelompok Fadil disatukan dengan kelompok lain untuk acara motivasi yang disampaikan oleh salah seorang guru di sekolah ini, terlihat raut wajah Fadil yang sudah bosan dengan rangkaian acara ospek ini, tapi tiba-tiba wajahnya berubah menjadi sumringah dia melirik pada seorang perempuan yang menggunakan training warna cokelat, kaos putih oblong dan memakai kerudung warna putih, Fadil terus memandangnya sesekali perempuan itu melirik balik pada Fadil, Fadil yang terkejut langsung berpaling dari pandangannya karena malu, tapi setelah perempuan itu mengalihkan wajahnya Fadil lagi-lagi memandangnya, Fadil merasakan sesuatu dalam dirinya, Dia seperti mendapatkan semangat baru dalam hidupnya, acara di kelas pun selesai Fadil sama sekali tidak tahu apa yang tadi disampaikan oleh gurunya, yang ada kali ini Dia punya misi di sekolah barunya ini, yaitu berkenalan dengan perempuan yang tadi ada di kelas, seluruh rangkaian acara ospek akhirnya selesai semua siswa baru boleh meninggalkan sekolah untuk pulang ke rumah masing-masing, terlihat dari pandangan Fadil semua siswa baru pulang dengan wajah yang semraut, beggitu juga dengan Fadil, tapi setidaknya dia punya semangat baru sehabis melihat sosok perempuan yang tadi ada di kelas.
Keesokan harinya seperti biasa Fadil bersiap-siap pergi ke sekolah dengan masih memakai baju seragam SMP berhubung seragam SMA belum di kasih oleh sekolah, tapi kali ini ada yang beda dengannya, Dia benar-benar seperti yang baru lahir ke dunia ini, Dia begitu semangat untuk pergi ke sekolah, semua barang yang harus dibawa saat ospek sudah dia siapkan semuanya dan bergegas untuk pergi ke sekolah, “Mah, Aku berangkaaat!!”, “Aneh banget anak ini tiba-tiba jadi semangat buat sekolah?”, Mamah Fadil heran dengan kelakuannya hari ini, di sekolah dia senyum-senyum sendiri dengan jalan yang sedikit cepat, terlihat sekali begitu semangat Fadil hari ini, semua orang yang berpapasan dengannya Dia sapa “Hei bro.. hei bro.. hei bro..”, Semua orang bingung dengan kelakuaanya, yaa namanya juga jatuh cinta pasti kelakuannya aneh-aneh.
Di lapang sekolah Fadil tiba-tiba terdiam meliahat perempuan yang kemarin ada di kelas itu, Dia senyum-senyum sendiri sambil memandang wajahnya yang cantik, Fadil sesekali ingin menghampirinya untuk sekedar kenalan, tapi melihat perempuan itu sedang asik bercanda gurau dengan teman-temannya membuat langkah Fadil ini terhenti, menurutnya masih banyak waktu untuk berkenalan dengannya, “lain waktu mungkin bisa buat kenalan dengan..”, tiba-tiba dari belakang ada orang yang menutup mataku cukup kencang, “hei hei siapa in? siapa ini? Lepaskaaan!!!”, Fadil meminta orang itu melepaskan tangan orang itu dari matanya, “Haha.. kamana wae maneh?” (artinya kemana saja kamu?) “Woi, Galih? Kamu di sini juga? Haha..” ternyata dia Galih teman dekat Fadil ketika SD, “Iya Dil aku di sini juga, gak percaya yaa?” “Iya nih gak percaya setau aku pas SD kamu penjumlahan pun gak bisa, kok bisa-bisanya kamu keterima di SMA ini yaa? Hahaha..” “Semua orang tuh bisa berubah Dil.. jadi jangan pernah menyepelekan orang lain Dil.” “iya deh iya percaya kamu sekarang udah berubah kamu udah pintar kan sekarang.” “Hahaha, nggak juga sih Dil, emang pas UN Aku pake kunci jawaban.. Haha” Fadil hanya melirik sambil menggelengkan kepala, Galih masih belum berhenti ketawa, “bentar.. bentar tadi aku liatin kamu kok senyum-senyum sendiri aah Aku curiga nih kamu lagi suka sama cewek yaa?, cerita dong cerita!” “Ah, ntar juga lu tau sendiri kalau Aku udah jadian, hehe” “pede banget sih lu, tapi keren sih, jangan lupa aja kalau lu udah jadi, ada kali manis-manisnya..” “Nyantai aja mau apaan sih lu? Haha” “oke yaa Aku pegang omongan lu..” “pegang aja kalau bisa, Hehe..” “Ah dasar lu.. Yaudah Aku duluan yaa Dil, fans-fans Aku udah nunggu nih.” “Ah fans apaan? Palingan orang-orang udah nungguin utang lu dibayar. Haha Oke deh ntar istirahat ke kantin yaa!!”, mereka berdua pun berpisah ketika Fadil melihat ke arah perempuan yang dia idam-idamkan ternyata perempuan itu udah menghilang dari tempat semula, “Ah, gara-gara si Galih nih jadi aja perempuan itu ngilang..” Gumam Fadil.
Di kelas Fadil nggak henti-hentinya ngelamunin perempuan itu, Dia nggak memerhatikan apa yang disampaikan oleh guru, tiba-tiba Pak guru menegur Dia, “Hei kamu yang di pojok dari tadi kamu ngelamun terus, melamun apa kamu? Melamun aneh-aneh yaa kamu!!”, Fadil belum sadar kalau Pak guru menegur Dia, teman di pinggirnya pun menyadarkannya, “Dil.. Dil lu dipanggil tuh sama Pak guru.” “Iya Pak, Aku suka sama Dia Pak.” Fadil spontan bilang seperti itu saking kepikiran sama perempuan itu. “Apaaa kamu ini Dil? Suka sama siapa kamu ini?” Tanya Pak guru, “Ngg.. ngg.. nggak Pak anu itu tadi a.. a.. Aku suka sama materi yang disampaikan sama bapak, iya Pak materinya bagus banget..” Fadil ngeles sambil sedikit bingung, teman-teman sekelas tiba-tiba rame sendiri “Wuuuhh boong pak, boong, Fadil ngelamunin cewek tuh Pak”, “Sudah.. sudah jangan ribut kita lanjutkan materi kita, Fadil kamu perhatikan materi bapak yaa!” Pak guru menenangkan semua murid di kelas, “Iya Pak maaf Pak!!” Jawab Fadil, Wajah Fadil saat itu tiba-tiba merah menahan malu, Bel istirahat pun berbunyi, Fadil langsung bergegas pergi ke Kantin untuk ketemu sama Galih.
Dari jauh sudah terlihat seseorang yang melambaikan tangannya pada Fadil, “Dil.. Sini Dil Aku di sini..” “Oh itu Galih dia udah datang duluan ternyata.” Fadil pun menghampiri Galih lalu duduk di sebelah Galih, Fadil langsung memesan makanan, “Bu, Batagor satu yaa Bu!!” gak jauh dari tempat duduk Fadil dan Galih perempuan yang diidam-idamkan Fadil, ternyata sedang duduk juga sambil makan semangkuk baso, Fadil nggak henti-hentinya memandang perempuan itu sampai-sampai Galih yang ada di sebelanya dikacangin sama Dia, “Dil.. Dil.. Liatin apaan sih lu?” Fadil masih aja anteng liatin perempuan itu, “Dil.. Dil FADIL!!!” Galih teriak di depan telinga Fadil, Galih kesel Fadil nggak nyahut-nyahut, akhirnya Fadil nyahut juga, “Apaan sih lu Lih teriak-teriak malu-maluin aja.” “Lu juga dipanggil nggak nyahut-nyahut, liatin apaan sih lu?” Tanya Galih, “itu tuh cewek yang Aku suka.” Fadil nunjukin perempuan yang Dia idam-idamkan “Mana? Mana?“ Tanya Galih yang asalnya duduk langsung berdiri, “Lu gak usah malu-maluin juga Lih, duduk aja kenapa sih!” “Ya Aku kan pingin tau Dil..” “Ya udah biasa aja dong, tuh yang itu tuh yang lagi makan baso” “Apa? itu kaan si Nur Dil..” “Lu kenal Lih?” “Iyalah kenal” “Kenapa lu bisa kenal Lih?” “Iyalah Dia itu pacar temen SMP Aku Dil..” Fadil tiba-tiba diam tatapannya kosong, “Dil.. Dil.. Aku tau ini berat buat kamu Dil, tapi yaa inilah hidup terkadang apa yang kita inginkan gak bisa kita dapetin semua.” “Walaupun Galih sedikit konyol, kadang Dia emang bener sih dia dewasa juga” Fadil ngomong dalam hati, tapi sepertinya dia belum bisa menerima kenyataan ini, keliatan dari raut wajahnya yang mesem, matanya sedikit berlinang, “Udah Dil udah lu jangan stuck sama satu cewek dong! Masih banyak cewek di dunia ini yang mengarapkan cinta Lu” lagi-lagi Galih menasihati Fadil yang tatapannya masih kosong, “Kamu bisa ngomong gitu, soalnya kamu gak ada di posisi aku Lih.” Fadil kali ini membantah nasihat Galih, “Aku Cuma bisa ngomong gitu Dil, terserah kamu mau nurut atau nggak sama aku Dil.” Fadil terdiam sesat, namu tiba-tiba dia sadar “nggak kok Lih kamu bener Lih nggak ada gunanya juga kalau Aku masih ngarep sama Dia, kalau jodoh sih nggak bakalan kemana kan..” “Nah, ini baru temen Aku, masa sih seorang Fadil galau gara-gara satu cewek..” “Iyalah aku kan keren!! Hahaha..” “Tuh kan Fadil tangguh, lu emang temen aku Dil..” “Iyalah Hehe..” Fadil kali ini sudah mulai bercanda lagi, walaupun keliatan dari gerak-gerik nya masih ada yang ngeganjel di hatinya.
“Lih udah bel masuk nih, Aku duluan ke kelas yaa, tolong bayarin makanan Aku yaa!! Lu kan temen terbaik Aku. Hehe..” “Dasar penyakit orang galau emang gini kali yaa!!” gumam Galih di dalam hati. Fadil pun bergegas pergi ke kelas saat dia berjalan perempuan yang bernama Nur itu masih duduk di bangku kantin, Fadil pun melemparkan senyum padanya seperti menjadi isyarat kalau dia harus merelakan Nur bersama orang lain, Nur pun ternyata membalas senyum Fadil, “emang beruntung cowok yang jadi pacar kamu Nur” kata Fadil dalam hati.
Dari sejak itu Fadil agak males untuk datang ke sekolah, dia sering datang telat dan dihukum di gerbang sekolah, saat dia push up karena sedang dihukum, di sampingnya ada seorang perempuan yang sedang dihukum juga, tatapan Fadil kali ini tertuju padanya sambil melemparkan senyum pada perempuan itu, perempuan itu pun membalas senyum Fadil.
Cerpen Karangan: Ahmad Dzikri F

Tidak ada komentar:

Posting Komentar